Cryptoindonesia.id – Harga rata-rata aset kripto yang dipantau melemah dan menurut analis dalam negeri hal ini menjadi petanda bahwa harga aset kripto utama, seperti bitcoin dan ethereum bakal turun.
“Pelaku pasar yang jenuh dengan kondisi market kripto yang sideways ini dimanfaatkan oleh trader untuk inisiatif mengambil strategi melakukan price actions dengan menimbun aset kripto. Trading price action adalah salah satu metode terpopuler dan sering digunakan trader, karena mudah dan akurat dalam memprediksi pergerakan harga pasar,” katanya.
Ia melanjutkan memasuki bulan April, rata-rata pasar kripto mengalami penurunan. Dimana bitcoin masih menjadi patokan pergerakan koin lainnya. Saat ini BTC, sedang mencoba untuk pullback setelah harganya mengalami titik jenuh.
“Pada pekan ini, harga BTC masih tertahan di area support kuatnya, yaitu kisaran USD 39.000 sampai USD 40.000. Kalau area ini mengalami breakdown skenario terburuknya harga BTC bisa terus anjlok menyentuh ke USD 36.000 hingga USD 37.000. Sementara, skenario bullish BTC harus bisa menembus resistensi harga di USD 43.000 sampai USD 44.000,” tambahnya.
Dari laporan Be[In]Crypto Research mengungkapkan bahwa minat investor pada bitcoin pada kuartal pertama tahun ini tidak begitu baik. Volume perdagangan BTC pada kuartal pertama tahun 2022 masih di bawah dua setengah kali kuartal pertama 2021.
Saat ini kapitalisasi pasar kripto global diperdagangkan lebih tinggi pada angka USD 1,89 triliun atau sekitar 27,3 kuadriliun, melonjak sekitar 2 persen dalam 24 jam terakhir. Total volume perdagangan aset kripto meningkat sekitar 60 persen menjadi USD 96,13 miliar.
*dari berbagai sumber
Follow Twitter
Discussion about this post